Wednesday, 9 January 2019

Program Dukungan Psikologi Penyintas Anak di Daerah Bencana oleh FKIP Unila

Bandar Lampung (JL) : Fakta di lapangan menunjukkan bahwa setelah terjadi bencana, dalam sebulan pertama  banyak bantuan diberikan kepada penyintas, terutama bantuan logistik. Namun setelah sebulan berlalu, _bantuan_  yang banyak itu akan "pergi". Sedangkan penyintas harus bertahan hidup di lokasi bencana dan tetap menjalani hidupnya di situ.

"Mereka harus dibantu,  agar selain mampu  bertahan hidup juga kuat sekaligus "lentur" dalam mengatasi masalahnya. Terutama kuat secara psikologis dalam menyelesaikan masalah hidupnya setelah terjadi bencana.  Disinilah peran penting relawan dalam memberikan dukungan psikologis.   Yaitu membantu penyintas agar kembali mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah hidupnya" demikian dijelaskan Ratna Widiastuti ketua pelaksana dalam Pelatihan Dukungan Psikologi Penyintas Anak di Daerah Bencana pada Rabu, 9 Januari 2019 di FKIP Unila.

Acara ini diprakarsai oleh Dekan FKIP Universitas Lampung Prof. Dr. Patuan Radja, M.Pd. bersama  ketua HIMPSI Lampung Dra. Renyep P., psikolog.

Pelatihan ini menghadirkan pemateri Dra. Yeti Widiati, Psikolog dari lembaga Paradigma sekaligus  trainer  kebencanaan (Psychosocial First Aid) pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).

Menurut ketua pelaksana Ratna Widiastuti, M.A., Psikolog, tujuan kegiatan ini adalah memberikan ilmu atau beragam terapi yang dapat digunakan oleh  relawan dalam mendukung psikologis penyintas anak di daerah bencana. Terapi dalam psychososial first aid (PFA) atau bantuan psikologis pertama inilah yang nantinya akan mendukung usaha "survive"  di masa recovery (pemulihan).

Acara ini diikuti oleh 44 peserta terdiri dari civitas akademika Prodi Bimbingan Konseling Universitas Lampung, PG Paud Universitas Lampung, Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung, Prodi Psikologi Universitas Islam Negeri Raden Intan, Prodi Psikologi Universitas Malahayati, Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Provinsi Lampung dan unsur masyarakat lainnya.

Materi  yang disampaikan Yeti diantaranya adalah konsep evaluasi dalam bencana, pengenalan korban termasuk karakteristik dan kategori korban , _critical incident stress management_ dalam  kebencanaan, sindrom bencana, trauma dan penanganan krisis, P3K psikologis ( atau dikenal sebagai _psychososial first aid_ (PFA).  Dilatihkan juga beberapa tindakan-tindakan yang harus dilakukan didalam PFA;  seperti _self protection_ pada  relawan, psikodrama, _art therapy, eye movement, debriefing_ , dissosiasi, _narrative exposure therapy_ serta teknik-teknik lain yang bermanfaat untuk membantu penyintas  mengatasi gangguan psikologis serta bangkit kembali dan memegang kendali atas hidupnya.

Salah satu teknik didalam _art therapy_ misalnya dengan  mengajak peserta melakukan  stimulasi emosi melalui aktivitas menggambar. Gambar berupa dua hal yaitu yang tidak menyenangkan dan gambar yang membuat menyenangkan dan terasa nyaman.

Salah satu peserta pelatihan Naqiyyah Syam perwakilan Puspa Lampung mengakui sangat senang mendapat ilmu dalam mendampingi psikologi anak di daerah bencana ini.

"Apabila trauma pribadi ikut terpicu saat membantu penyintas, maka para relawan dianjurkan untuk  melakukan self healing" ujar Yeti Widiati. Tidak menutup kemungkinan bagi relawan untuk mempunyai emosi negatif. Kondisi lapangan juga akan membuat relawan  mudah terpicu emosi sesuai beragam emosi negatif yang dialami penyintas.(r)

SHARE THIS

Author:

Etiam at libero iaculis, mollis justo non, blandit augue. Vestibulum sit amet sodales est, a lacinia ex. Suspendisse vel enim sagittis, volutpat sem eget, condimentum sem.

1 comment: